Rabu, 15 Mei 2013
Kamis, 09 Mei 2013
Rabu, 08 Mei 2013
MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN PENGEMBANGAN
Kegiatan yang menghasilkan rancangan
atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam
hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan
masalah. Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja
pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi,
tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena
karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda.
Kegiatan penelitian pada dasarnya
berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan
pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu
permasalahan Format Proposal Penelitian Pengembangan.
1. Latar Belakang Masalah
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah mengungkapkan
konteks pengembangan projek dalam masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena
itu, uraian perlu diawali dengan identifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada
antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkanoleh
kesenjangan-kesenjangan itu. Berbagai alternatif untuk mengatasi kesenjangan
itu perlu dipaparkan secara singkat disertai dengan identifikasi faktor
penghambat dan pendukungnya. Alternatif yang ditawarkan sebagai pemecah masalah
beserta rasionalnya dikemukakan pada bagian akhir dari paparan latar belakang
masalah.
2. Rumusan Masalah
2. Rumusan Masalah
Sebagai penegasan dari apa yang
telah dibahas dalam latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dikemukakan
rumusan spesifik dari masalah yang hendak dipecahkan. Rumusan masalah
pengembangan projek hendaknya dikemukakan secara singkat, padat, jelas, dan
diungkapkan dengan kalimat pernyataan, bukan dalam bentuk kalimat pertanyaan
seperti dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah hendaknya disertai
dengan alternatif pemecahan yang ditawarkan serta rasional mengapa alternatif
itu yang dipilih sebagai cara pemecahan yang paling tepat terhadap masalah yang
ada.
3. Tujuan Pengembangan
3. Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan dirumuskan
bertolak dari masalah yang ingin dipecahkan dengan menggunakan alternatif yang
telah dipilih. Arahkan rumusan tujuan pengembangan ke pencapaian kondisi ideal
seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah.
4. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
4. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Bagian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang diharapkan dari
kegiatan pengembangan. Karakteristik produk mencakup semua identitas penting
yang dapat digunakan untuk membedakan satu produk dengan produk lain-nya.
Produk yang dimaksud dapat berupa kurikulum, modul, paket pembelajaran, buku teks, alat evaluasi, model, atau produk lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan. Setiap produk memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk lainnya, misalnya kurikulum bahasa Inggris memiliki spesifikasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kurikulum bidang studi lainnya, meskipun di dalamnya dapat ditemukan komponen yang sama.
5. Pentingnya Pengembangan
Produk yang dimaksud dapat berupa kurikulum, modul, paket pembelajaran, buku teks, alat evaluasi, model, atau produk lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan. Setiap produk memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk lainnya, misalnya kurikulum bahasa Inggris memiliki spesifikasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kurikulum bidang studi lainnya, meskipun di dalamnya dapat ditemukan komponen yang sama.
5. Pentingnya Pengembangan
Bagian ini sering dikacaukan dengan
tujuan pengembangan. Tujuan pengembangan mengungkapkan upaya pencapaian kondisi
yang ideal, sedangkan pentingnya pengembangan mengungkapkan argumentasi mengapa
perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi ideal. Dengan kata lain,
pentingnya pengembangan mengungkapkan mengapa masalah yang ada perlu dan
mendesak untuk dipecahkan.
Dalam bagian ini diharapkan juga
terungkap kaitan antara urgensi pemecahan masalah dengan konteks permasalahan
yang lebih luas. Pengkaitan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemecahan
suatu masalah yang konteksnya mikro benar-benar dapat memberi sumbangan bagi
pemecahan masalah lain yang konteksnya lebih luas.
6. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
6. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi dalam pengembangan merupakan
landasan pijak untuk menentukan karakteristik produk yang dihasilkan dan
pembenaran pemilihan model serta prosedur pengembangannya. Asumsi hendaknya
diangkat dari teori-teori yang teruji sahih, pandangan ahli, atau data empiris
yang relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan dengan menggunakan produk
yang akan dikembangkan.
Keterbatasan pegembangan
mengungkapkan keterbatasan dari produk yang dihasilkan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalah yang lebih luas. Paparan ini
dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan ini disikapi
hati-hati oleh pengguna sesuai dengan asumsi yang menjadi pijakannya dan
kondisi pendukung yang perlu tersedia dalam memanfaatkannya.
7. Definisi Istilah
Pada bagian ini dikemukakan definisi
istilah-istilah yang khas digunakan dalam pengembangan produk yang diinginkan,
baik dari sisi model dan prosedur yang digunakan dalam pengembangan ataupun
dari sisi produk yang dihasilkan. Istilah-istilah yang perlu diberi batasan
hanya yang memiliki peluang ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai
produk. Batasan istilah-istilah tersebut harus dirumuskan seoperasional
mungkin. Makin operasional rumusan batasan istilah makin kecil peluang istilah
itu ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai.
8. Sistematika Penulisan
Paparan pada bagian ini dimaksudkan
untuk menunjukkan cara pengorganisasian keseluruhan skripsi, tesis, dan
disertasi, baik untuk Bagian I, yang memuat kajian analitis, atau-pun Bagian
II, yang memuat produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan.
9. Landasan Teori
9. Landasan Teori
Bab ini dimaksudkan untuk
mengungkapkan kerangka acuan komperhensif mengenai konsep, prinsip, atau teori
yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau
dalam mengembangkan produk yang diharapkan. Kerangka acuan disusun berdasarkan
kajian berbagai aspek teoretik dan empiris yang terkait dengan permasalahan dan
upaya yang akan ditempuh untuk memecahkannya. Uraian-uraian dalam bab ini
diharapkan menjadi landasan teoretik mengapa masalah itu perlu dipecahkan dan
mengapa cara pengembangan produk tersebut dipilih.
Kajian teoretik mengenai model dan
prosedur yang akan digunakan dalam pengembangan juga perlu dikemukakan dalam
bagian ini, terutama dalam rangka memberikan pembenaran terhadap produk yang
akan dikembangkan.
Di samping itu, bagian ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah ditempuh oleh ahli lain untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian, upaya pengembangan yang akan dilakukan memiliki landasan empiris yang mantap.
10. Metode Pengembangan
Di samping itu, bagian ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah ditempuh oleh ahli lain untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian, upaya pengembangan yang akan dilakukan memiliki landasan empiris yang mantap.
10. Metode Pengembangan
Metode Pengembangan hendaknya memuat
butir-butir (1) model pengembangan, (2) prosedur pengembangan, dan (3) uji coba
produk. Dalam butir uji coba produk perlu diungkapkan (a) desain uji coba, (b)
subjek uji coba, (c) jenis data, (d) instrumen pengumpulan data, dan (e) teknik
analisis data.
a. Model Pengembangan
Model pengembangan dapat berupa
model prosedural, model konseptual, dan model teoretik. Model prosedural adalah
model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang harus
diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat
analitis yang memerikan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta
keterkaitan antarkomponen (misalnya model pengembangan rancangan pengajaran
Dick dan Carey, 1985). Model teoretik adalah model yang menunjukkan hubungan
perubahan antar peristiwa.
Dalam bagian ini perlu dikemukakan
secara singkat struktur model yang digunakan sebagai dasar pengembangan produk.
Apabila model yang digunakan merupakan adaptasi dari model yang sudah ada, maka
pemilihannya perlu disertai dengan alasan, komponen-komponen yang disesuaikan,
serta kekuatan dan kelemahan model itu. Apabila model yang digunakan
dikembangkan sendiri, maka informasi yang lengkap mengenai setiap komponen dan
kaitan antarkomponen dari model itu perlu dipaparkan. Perlu diperhatikan bahwa
uraian model diupayakan seoperasional mungkin sebagai acuan dalam pengembangan
produk.
b. Prosedur Pengembangan
b. Prosedur Pengembangan
Bagian ini memaparkan
langkah-langkah prosedural yang ditempuh oleh pengembangan dalam membuat
produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan. Apabila model
pengembangannya adalah prosedural, maka prosedur pengembangannya tinggal
mengikuti langkah-langkah seperti yang terlihat dalam modelnya. Model
pengembangan juga bisa berupa konseptual atau teoretik. Kedua model ini tidak
secara langsung memberi petunjuk tentang bagaimana langkah prosedural yang
dilalui sampai ke produk yang dispesifikasi. Oleh karena itu, perlu dikemukakan
lagi langkah proseduralnya.
c. Uji coba produk
c. Uji coba produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk
mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat
keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. Dalam
bagian ini secara berurutan perlu dikemukakan desain uji coba, subyek uji coba,
jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.
1) Desain Uji Coba
1) Desain Uji Coba
Secara lengkap, uji coba produk
pengembangan biasanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu uji perseorangan,
uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam kegiatan pengembangan, pengembang
mungkin hanya melewati dan berhenti pada tahap uji perseorangan, atau
dilanjutkan dan berhenti sampai tahap uji kelompok kecil, atau sampai uji
lapangan. Hal ini sangat tergantung pada urgensi dan data yang dibutuhkan
melalui uji coba itu.
Desain uji coba produk bisa menggunakan desain yang biasa dipakai dalam penelitian kuantitatif, yaitu desain deskriptif atau eksperimental. Yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih desain untuk tahapan tertentu (perseorangan, kelompok kecil, atau lapangan) agar data yang dibutuhkan untuk memperbaiki produk dapat diperoleh secara lengkap.
2) Subjek Uji Coba
Desain uji coba produk bisa menggunakan desain yang biasa dipakai dalam penelitian kuantitatif, yaitu desain deskriptif atau eksperimental. Yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih desain untuk tahapan tertentu (perseorangan, kelompok kecil, atau lapangan) agar data yang dibutuhkan untuk memperbaiki produk dapat diperoleh secara lengkap.
2) Subjek Uji Coba
Karakteristik subjek uji coba perlu diidentifikasi
secara jelas dan lengkap, termasuk cara pemilihan subjek uji coba itu. Subjek
uji coba produk bisa terdiri dari ahli di bidang isi produk , ahli di bidang
perancangan produk, dan/atau sasaran pemakai produk. Subjek uji coba yang ahli
di bidang isi produk dapat memiliki kualifikasi keahlian tingkat S1 (untuk
skripsi), S2 (untuk tesis), dan S3 (untuk disertasi). Yang penting setiap
subjek uji coba yang dilibatkan harus disertai identifikasi karekteristiknya
secara jelas dan lengkap, tetapi terbatas dalam kaitannya dengan produk yang
dikembangkan.
Teknik pemilihan subjek uji coba
juga perlu dikemukakan agak rinci, apakah menggunakan teknik rambang, rumpun,
atau teknik lainnya yang sesuai.
3) Jenis
Data
Uji coba produk dimaksudkan untuk
mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat
keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. Dalam
konteks ini sering pengembang tidak bermaksud mengumpulkan data secara lengkap
yang mencakup ketiganya. Bisa saja, sesuai dengan kebutuhan pengembangan,
pengembang hanya melakukan uji coba untuk melihat daya tarik dari suatu produk,
atau hanya untuk melihat tingkat efisiensinya, atau keduanya. Keputusan ini
tergantung pada pemecahan masalah yang telah ditetapkan di Bab I: apakah pada
keefektifan, efisiensi, daya tarik, atau ketiganya.
Penekanan pada efisiensi suatu
pemecahan masalah akan membutuhkan data tentang efisiensi produk yang
dikembangkan. Begitu pula halnya dengan penekanan pada keefektifan atau daya tarik.
Atas dasar ini, maka jenis data yang perlu dikumpulkan harus disesuaikan dengan
informasi apa yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan itu. Paparan
mengenai jenis data yang dikumpulkan hendaknya dikaitkan dengan desain dan
pemilihan subjek uji coba. Jenis data tertentu, bagaimanapun juga, akan
menuntut desain tertentu dan subjek uji coba tertentu. Misalnya, pengumpulan
data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan secara perseorangan dari ahli isi,
atau secara kelompok dalam bentuk seminar kecil, atau seminar yang lebih luas
yang melibatkan ahli isi, ahli desain, dan sasaran pemakai produk.
4) Instrumen Pengumpulan Data
4) Instrumen Pengumpulan Data
Bagian ini mengemukakan instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti yang sudah dikemukakan dalam
butir sebelumnya. Jika mengunakan instrumen yang sudah ada, maka perlu ada
uraian mengenai karakteristik instrumen itu, terutama mengenai keshahihan dan
keterandalannya. Apabila instrumen yang digunakan dikembangkan sendiri, maka
prosedur pengembangannya juga perlu dijelaskan.
5) Teknik
Analisis Data
Teknik dan prosedur analisis yang
digunakan untuk menganali-sis data uji coba dikemukakan dalam bagian ini dan
disertai alasannya. Apabila teknik analisis yang digunakan sudah cukup dikenal,
maka uraian tidak perlu rinci sekali. Akan tetapi, apabila teknik tersebut
belum banyak dikenal, maka uraian perlu lebih rinci.
11. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi:
1. Nama penulis ditulis dengan urutan:
nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, tahun penerbitan
2. Judul, termasuk subjudul
3. Kota tempat penerbitan, dan
4. Nama penerbit.
Langganan:
Postingan (Atom)