KEGIATAN INSTRUKSIONAL
SEBAGAI SUATU SISTEM
Pendahuluan
·
Sistem adalah hubungan interaksi antara komponen atau
bagian dari suatu keseluruhan yang mempunyai tujuan, fungsi, interaksi dan efek
keterpaduan atau sinergis , ada transformasi input menjadi output melalui suatu
proses (sebagai suatu ciri sistem)
·
Contoh : manusia, sepeda, alam semesta, pasar,
masyarakat
Syarat Sistem
Harus ada:
·
Komponen
·
Tujuan
·
Fungsi
·
Interaksi/saling hubungan
·
Proses transformasi
·
Umpan balik
·
Daerah batasan/lingkungan
·
Efek sinergik
Komponen dan Subsistem
·
Bagian dari sistem yang melaksanakan
fungsi disebut komponen
·
Komponen yang melakukan proses transformasi
disebut sub-sistem
·
Komponen integral: bagian dari sistem yang tidak bisa
dipisahkan dari sistem
·
Tanpa komonen integral, sistem tidak jalan
·
Komponen non-integral, tanpa komponen tsb. Sistem
tetap jalan
Efek Sinergik Sistem
·
Gabungan menimbulkan jalinan keterpaduan.
·
Hasil kerjasama setiap komponen >>
penjumlahan dari masing-masing komponen
·
Azaz gotong royong
·
Kerja sama lebih menguntungkan dari pd
masing-masing
Proses Transformasi
·
Proses pengubahan masukan (input) menjadi
hasil/luaran (output)
·
·
Input
output
Environtmental
Input
Sistem dan Subsistem
Tahapan dalam proses pemecahan
masalah sistem pendidikan secara umum (Kaufmann, 1972)
·
Identifikasi prioritas kebutuhan/masalah yg berkaitan
·
Penentuan persyaratan utk memecahkan
masalah/identifikasi alternatif pemecahan yg mungkin dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan tsb.
·
Pemikiran alternatif/penentuan strategi pemecahan
berdasarkan alternatif yg dimungkinkan
·
Pelaksanaan strategi yg dipilih, termasuk
manajemen dan kontrol atas strategi tsb.
·
Penilaian keefektifan hasil berdasarkan kebutuhan dan
persyaratan yg telah ditetapkan terlebih dulu
·
Penyempurnaan satu atau keseluruhan langkah/tshsp
untuk menjamin sistem pendidikan yang bersifat responsif, efektif
dan efisien
Pengembangan sistem
instruksional
·
Proses pengembangan sistem instruksional
sesuai dengan kriteria akuntabilitas pendidikan:
·
Adanya perumusan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan;
·
Identifikasi berbagai alternatif kegiatan;
·
Dikembangkannya kegiatan yang dipilih dengan
memanfaatkan sumber yang ada;
·
Dilakukan uji coba penelitian dan penyempurnaan
PERKEMBANGAN POLA-POLA
INSTRUKSIONAL
A. Pola Instruksional Tradisional
Pembelajaran
tradisional pada umumnya guru mempunyai kedudukan sebagai satu-satunya sumber
belajar dalam sistem instruksional. Guru memegang kontrol dan kendali
sepenuhnya dalam menetapkan isi dan metode belajar, bahkan kadang-kadang juga
dalam menilai kemajuan belajar mahasiswa. Pola instruksional ini dapat disebut
dengan diagram.
B. Pola Instruksional dengan Sumber Belajar Berupa
Orang Dibantu Sumber Lain
Kecenderungan
standarisasi masukan pada dasarnya beranggapan bahwa adanya standar tersebut
mempunyai nilai ekonomis, di samping juga dapat memperbaiki kontrol atas proses
kegiatan. Nilai ekonomis yang diperoleh dengan adanya standar masukan, misalnya
atas buku teks, satu bentuk dan desain gedung serta fasilitas sekolah, satu
bentuk papan tulis dan lain-lain sumber.
Perkembangan teknologi mula-mula
dengan ciri instrumentasi sebagai perpanjangan anggota badan manusia mengubah
orientasi, mengubah teknik, dan juga mengubah situasi belajar. Dalam situasi
inilah maka dalam pola instruksional terdapat sub komponen baru yaitu alat yang
dipakai oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan. Pola
instruksional yang memanfaatkan sumber belajar lain disamping guru.
C. Pola Instruksional dengan Sumber Belajar Berupa
Orang (Guru) Bekerja Sama Dengan Sumber Belajar Lain.
Makin
majunya ilmu dan cakrawala manusia mengakibatkan tiap generasi penerus harus
belajar lebih banyak untuk menjadi manusia terdidik. Agar sistem pendidikan
secara efektif, maka tidak memadai apabila dipakai sumber belajar yang berupa
guru, buku, alat audio visual, dan lain-lain. Mulai dirasakan perlu adanya cara
baru dalam mengkomunikasikan segala pengetahuan dan pesan baik
secara verbal maupun non verbal.
Alat tidak lagi merupakan hasil pengetahuan manusia, tetapi juga sarana untuk
mengkomunikasikan pengetahuan dan ketrampilan khusus, di samping untuk
mengembangkan terus pengetahuan, ketrampilan, dan teknik baru. Di samping itu
mulai disadari bahwa standarisasi pada masukan belum dapat menjamin hasil yang
baik, kiranya diperlukan adanya standarisasi dalam proses dengan jalan lebih
memprogram proses itu sendiri. Dalam hubungan ini sumber belajar tertentu
khusus dipersiapkan untuk dapat dipakai oleh peserta didik dalam kegiatan
instruksional secara langsung. Sumber ini lazim berupa media yang dipersiapkan
secara khusus oleh kelompok guru- media yang berinteraksi dengan peserta didik
secara tidak langsung, yaitu melalui media. Guru dan guru media ini saling
berinteraksi dengan peserta didik berdasarkan satu tanggung jawab bersama. Pola
instruksional yang demikian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola Instruksional dimana terdapat
tanggung jawab bersama antara guru dan sumber lain.
D. Pola Instruksional dengan Belajar
Mandiri
Meningkatnya
kebutuhan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, semakin dirasakan
terbatasnya sumber belajar yang berupa guru. Di samping meningkatnya tuntutan
profesional terhadap guru, juga berkembangnya lapangan kerja baru yang
memberikan jaminan hidup yang lebih baik, akan membatasi jumlah guru yang baik.
Memperbanyak guru yang baik tidak mungkin dapat dilaksanakan secara
fisik, tetapi masih dimungkinkan memperbanyak karyanya berupa
berbagai media instruksional.
Guru
yang baik dapat ditugaskan untuk mempersiapkan bahan pembelajaran yang lengkap
secara sistematis dan terprogram dalam bentuk modul atau paket untuk keperluan
belajar mandiri lainnya. Apabila peserta didik sudah mempunyai disiplin yang
tinggi, latar belakang pengalaman cukup luas dan pola berpikir sudah lebih
matang, maka interaksi langsung antar peserta didik dengan media yang
dipersiapkan oleh guru ahli, dapat berjalan tanpa intervensi guru kelas.
Dengan
demikian kehadiran guru dapat sepenuhnya digantikan oleh sumber belajar yang
diciptakannya. Media semacam ini disebut guru-media. Pola instruksional ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
E. Pola Sistem Instruksional
Kombinasi
keempat pola dasar instruksional di atas dapat dijelaskan dalam diagram Arus
balik dan evaluasi
Perkembangan pola-pola instruksional
tersebut diatas dapat dirangkum sebagai berikut:
Agar dapat gambaran yang jelas pola
instruksional tersebut di atas dapat dijelaskan:
1.
Dalam Pola 1, sumber belajar hanya berupa orang saja.
Guru kelas pemegang kendali yang penuh atas terjadinya pembelajaran.
2.
Dalam pola 2, sumber belajar berupa orang dibantu oleh
sumber lain. Meskipun demikian dalam pola ini guru kelas masih memegang
kendali, hanya saja tidak mutlak, karena dibantu oleh
3.
sumber lain. Dalam pola ini sumber belajar berfungsi
sebagai alat bantu.
4.
Dalam pola 3, sumber belajar berupa orang bekerjasama
dengan sumber belajar lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab. Dalam
hal ini kontrol terhadap kegiatan pembelajaran di bagi bersama antara sumber
manusia dan sumber lain. Sumber lain tersebut merupakan bagian integral dari
seluruh kegiatan belajar.
5.
Dalam Pola 4, peserta didik belajar hanya dari satu
sumber yang bukan manusia
LANGKAH DAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
A. Pengertian Pengembangan
Instruksional
Pengembangan
Instruksional adalah Proses yang sistematis dalam mencapai tujuan instruksional
secara efektif dan efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan
strategi dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan
bahan instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus direvisi.
Suatu
proses yang kompleks & terpadu dari manusia, prosedur, ide, alat dan
organisasi untuk mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar yang
bertujuan dan terkontrol (AECT, 1971)
B. Berbagai Model Pengembangan Instruksional
1. Instructional System Design
(Gagne, 1979)
1.
Tingkat Sistem
·
Analisis kebutuhan, tujuan Umum dan Prioritas.
·
Analisis sumber, Hambatan, dan Alternatif Sistem
Peluncuran
·
Penentuan Lingkup dan Urutan Kurikulum dan
matapelajaran : Desain Sistem Peluncuran.
1.
Tingkat matapelajaran
·
Menentukan Struktur Mata Pelajaran dan Urutan
·
Analisis Tujuan Matapelajaran
1.
Tingkat Matasajian
·
Pendefinisian Tujuan penampilan
·
Mempersiapkan Rencana matasajian (atau modul)
·
Mengembangkan, Memilih bahan, Media.
·
Menilai Penampilan Siswa (pengukuran penampilan)
1.
Tingkat Sistem
·
Persiapan Pengajar – Evaluasi Formatif – Tes lapangan
– Revisi – Evaluasi Sumatif – Pelaksanaan – Difusi
1.
PPSI
1.
3. Model Dick dan Carey (1990)
1.
4. AT & T Instructional Development Model (1985)
5. Model Pengembangan Instruksional
ANALISIS KEBUTUHAN
1.
A. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang
apa, mengapa dan bagaimana prosedur pengukuran kebutuhan dan kaitanya dengan
sistem instruksional/pembelajaran
1.
B. Tujuan Khusus
Menjelaskan :
1.
Maksud kebutuhan dan masalah
2.
Macam-macam kebutuhan
3.
pentingnya pengukuran kebutuhan
4.
Karakteristik pengukuran kebutuhan yang terlibat dalam
pengukuran kebutuhan, model-model pengukuran kebutuhan, fase-fase pengukuran
kebutuhan, hubungan antara pengukuran kebutuhan dan PSI
1.
C. Perencanaan Sistem Instruksional (PSI)
Suatu usaha yang sistematis untuk
menganalisis masalah, mengidentifikasi, memilih, merancang dan menilai
pemecahanya. Masalah-masalah yang dimaksud adalah masalah-masalah
pendidikan/pembelajaran
1.
D. Masalah
Masalah adalah
·
Kesenjangan antara kondisi yang seharusnya dan kondisi
yang sebenarnya,
·
Kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
·
Kesenjangan antara dass-sollen dan dass-seins
·
Kesenjangan antara teori dan praktek
·
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan kenyataan
yang ada
Masalah VS Kebutuhan
·
Masalah menimbulkan kebutuhan
·
Macam-macam kebutuhan
Kebutuhan Primer : Kebutuhan hidup,
insting, tidak dipelajari
Kebutuhan Sekunder, Kebutuhan yang
akan dipelajari dan kebutuhan sosial
Bradshaw (Briggs, 1977)
Ada 5 macam kebutuhan :
1.
Kebutuhan Normatif
2.
Kebutuhan dirasakan/keinginan
3.
Kebutuhan diekspresikan
4.
Kebutuhan komparatif
5.
Kebutuhan masa datang
Needs Assesment/Dsicrepancy Analysis
·
Proses penentuan apa-apa yang harus diajarkan,
bagaimana cara mengajarkannya, dan persyaratan apa yang diperlukan untuk
kelangsungan proses pembelajaran
·
Dalam PSI, pengukuran kebutuhan bisa meliputi tingkat
nasional, propinsi, kabupaten/kota, sekolah dan mata pelajaran tertentu
1.
E. Karakteristik Pengukuran Kebutuhan
·
Data yang terkumpul harus mencerminkan dunia siswa/
orang lain yang berkaitan
·
Bersifat tentatif
·
Kesenjangan diidentifikasi daris udut produk/tingkah
laku aktual bukan dari proses
Pihak-Pihak yang Terlibat
·
Peserta Didik (Siswa, Mahasiswa)
·
Orang tua
·
Masyarakat
1.
F. Model Pengukuran
2.
Model Induktif
3.
Model Deduktif
4.
Model Klasik
·
Mulai dari tingkah laku siswa saat ini
·
Mengelompokkannya dalam kawasan program dari sudut
tujuan umum yang
·
diharapkan masyarakat.
·
Harapan tersebut dibandingkan dengan tujuan besar yang
ada dalam kurikulum
·
Tujuan yang rinci dibuat, program dikembangkan,
dilaksanakan dan dievaluasi
·
Bermula dari tujuan umum atau pernyataan hasil yang
ada ke tingkah laku yang diharapkan.
·
Kembangkan ukuran kriteria untuk mengukur tingkah laku
tertentu
·
Dapatkan kesepakatan persyaratan perubahan dari berbagai
partner pendidikan (siswa, guru, ortu, masyarakat)
·
Kumpulkan data untuk mengetahui apakah indikator
kesenjangan diatas terpenuhi atau tidak
·
Rumuskan tujuan khusus secara rinci
·
Program dikembangkan dan dilaksanakan
·
Evaluasi dan revisi
·
Berorientasi pada apa-apa yang sidajikan guru pad
aisswa dan tiddak pada apa yang harus dilakukan oleh siswa , sebagai usaha
bersama siswa dan guru
·
Tidak berdasarkan data laporan/tidak bisa diukur
·
Dimulai dengan persyaratan umum dari tujuan
·
Dikembangkan, dilaksanakan, evaluasi, revisi
Tahap-Tahap Pengukuran (Klein)
Ada empat tahap :
1.
Identifikasi sebanyak mungkin tujuan yang ingin
dicapai
2.
Susun/ urutkan tujuan berdasrkan tingkat kepentingan
3.
Identifikasi kesenjangan antara performance yang ada
dan yang diharapkan.
4.
Susun prioritas untuk dilakukan kegiatan
Kriteria dalam Menentukan Prioritas
·
Waktu yang tersedia dan yang dieprlukan
·
Proporsi pokok-pokok yang menentukan
·
Besaran masalah
·
Biaya (hubungan antara biaya untuk memenuhi kebutuhan
dan biaya meninggalkan tujuan tersebut)
Langkah-Langkah dalam Pengukuran
Kebutuhan
Ada sembilan tahap :
1.
Buat rencana
2.
identifikasi gejala masalah
3.
Tentukan lingkup perencanaan (nasional, propinsi,
kabupaten)
4.
Identifikasi alat dan prosedur penilaian kebutuhan dan
pilih yang terbaik serta libatkan partner dalam perencanaan.
5.
Tentukan/rumuskan kondisi yang ada sekarang, dalam
perumusan performance yang dapat diukur (rumussan hendaknya berfokus pada diri
peserta didik : fisik, mental, karakteristik perkembangannya, konteks sosial)
6.
Tentukan kondisi yang diharapkan dalam perumusan yang
serupa
7.
Pertemukan perbedaan-perbedaan pendapat yang ada antar
partner dalam mengidentifikasi kebutuhan sehingga diperoleh kesepakatan
8.
Urutkan kebutuhan-kebutuhan tersebut atas dasar
prioritas.
9.
Evaluasi secara terus menerus kebutuhan yang telah
disusun.
Kesenjangan adalah sebuah
permasalahan yang harus dipecahkan karena itu kesenjangan dijadikan suatu
kebutuhan dalam merancang pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
merupakan solusi terbaik. Bila kesenjangan tersebut dan menimbulkan efek yang
besar, maka perlu diprioritaskan dalam pengatasan masalah (Dick and Carey :
1990,15 – 27 ), mencampuradukkan antara kebutuhan dan keinginan
diidentikkan adalah hal yang keliru sebab menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63)
kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya
dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan bahwa
kebutuhan (need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau
cita-cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan
analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan
tindakan yang tepat. (Morrison, 2001: 27)
Oleh karena itu Kaufman (1982) mengajak
kita meyakini betul apa masalah yang kita hadapi (M. Atwi Suparman: 2001-63),
maka jika kita mengajar hendaknya kita mengajukan kepada diri kita suatu
pertanyaan apakah pemberian pembelajaran itu dapat memecahkan masalah?
Pertanyaan- pertanyaan senada antara lain:
1. Apa kebutuhan yang dihadapi.
2. Apakah kebutuhan tersebut
merupakan masalah.
3. Apa penyebabnya.
4. Apakah pemberian pelajaran
merupakan cara yang tepat untuk memecahkan masalah.
Morrison (2001: 27) membagi fungsi
analisa kebutuhan sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan
pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil
pembelajaran.
2. Mengidentifikasi kebutuhan
mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu
pekerjaan atau lingkungan pendidikan
3. Menyajikan
prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4. Memberikan data basis untuk
menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa
digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001:
28-30).
1.
Kebutuhan Normatif
Membandingkan peserta didik dengan
standar nasional, misal, Ebtanas, UMPTN, dan sebagainya.
1.
Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada
satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A
dengan SLTP B.
2.
Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan
yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan
ini menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak
dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan
cara interview.
3.
Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang
dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang
mendaftar sebuah kursus.
4.
Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik
pembelajaran yang baru, dan sebagainya.
5.
Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor
negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana
nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.
1.
G. Melakukan Analisis Kebutuhan
Ada empat tahap dalam melakukan
analisa kebutuhan yakni perencanaan, pengumpulan data, analisa data dan
menyiapkan laporan akhir.
Perencanaan : yang
perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam
kegiatan dan cara pengumpulannya. (Morrison, 2001 : 32)
Pengumpulan data : perlu
mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi)
(Morrison,2001 : 33).
Analisa data : setelah
data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan : ekonomi,
rangking, frequensi dan kebutuhan (ibid).
Membuat laporan akhir : dalam
sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa
proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang
terkait dengan data. (Morrison, 2001: 33-34).
Membicarakan tentang analisis tujuan
tidak bisa dipisahkan dengan input yang terkait dengan masalah dan proses
analisa kebutuhan.
ANALISIS INSTRUKSIONAL
1.
A. Analisis Instruksional
Analisis Instruksional yaitu proses
menjabarkan kemampuan/perilaku/standar kompetensi umum menjadi kemampuan
perilaku/ indikator yang logis dan sistematis.
Manfaat Analisis Instruksional,
yaitu:
·
Mengidentifikasi semua kompetensi yang harus dikuasai
mahasiswa
·
Menentukan urutan pelaksanaan pembelajaran
·
Menentukan titik awal proses pembelajaran (melalui
penentuan perilaku awal mahasiswa)
1.
B. Empat Macam Struktur Perilaku
1.
Hirarkhikal : susunan beberapa kompetensi dimana 1 /
beberapa kompetensi menjadi prasyarat bagi kompetensi berikutnya.
1.
Prosedural : kedudukan beberapa kompetensi yang
menunjukkan 1 rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi antar kompetensi
tersebut tidak menjadi prasyarat untuk kompetensi lainnya.
1.
Pengelompokan : beberapa kemampuan yang satu dengan
yang lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus dimiliki secara
lengkap untuk menunjang kemampuan berikutnya.
1.
Kombinasi : beberapa kemampuan yang susunanya terdiri
dari bentuk hierarkhikal, prosedural, maupun pengelompokan.
Prosedur Analisis Instruksional
1.
Tentukan TIU dari satu matakuliah
2.
Identifikasi kemampuan-kemampuan khusus (TIK) yang
menunjang pencapaian TIU.
3.
Tuliskan setiap kemampuan khusus tersebut pada satu
lembar kertas kecil (satu lembar kertas kecil hanya berisi satu kemampuan).
Perlu pula diingat bahwa tidak ada TIK dengan kemampuan ganda.
4.
Letakkan/tempelkan seluruh TIK yang telah dituliskan
tersebut pada kertas koran, sesuai dengan susunannya.
5.
Buatlah garis penghubung antara TIK yang satu dengan
lainnya, maupun antara TIK dengan TIU.
6.
Tentukan perilaku awal mahasiswa, dengan membuat garis
putus-putus sebagai garis entry behaviour
7.
Berilah nomor untuk setiap kompetensi
8.
Lakukan uji validitas
ANALISIS KARAKTERISTIK
SISWA DAN LINGKUNGAN
Keterampilan siswa dalam kelas
acapkali sangat heterogen untuk mengatasi ini ada dua pendekatan yaitu :
1.
Siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran.
1.
Seleksi Penerimaan siswa
2.
Tes dan pengelompokan siswa
3.
Lulus Mata Pelajaran Prasyarat
1.
Materi pelajaran disesuaikan dengan siswa. Siapa saja
dapat masuk disini
1.
A. Perilaku Awal Siswa
Siapa kelompok sasaran, populasi
sasaran, atau sasaran didik kegiatan instruksional itu ? istilah itu digunakan
untuk menanyakan dua hal tentang perilaku siswa. Pertama, menanyakan
siswa yang mana atau siswa sekolah apa. Kedua menanyakan sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti
pelajaran tersebut.
Ada tiga macam sumber yang dapat
emmberikan informasi kepada pendesain instruksional, yaitu :
1.
Siswa atau calon siswa.
2.
Orang-orang yang mengetahui kemampuan siswa atau calon
siswa dari dekat seperti guru atau atasannya.
3.
pengelola program pendidikan yang biasa mengajarkan
mata pelajaran tersebut .
Teknik yang digunakan dalam
mengidentifikasi kebutuhan instruksional yaitu kuesioner, interviu , observasid
an tes.
1.
B. Karakteristik Awal Siswa
Teknik yang digunakan dalam
mengidentifikasi kebutuhan instruksional yaitu kuesioner, interviu , observasi
dan tes.
MERUMUSKAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
KHUSUS
Tujuan Pendidikan
·
Tujuan pendidikan nasional (UU sisdiknas)
Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang ber imtaq kepada Tuhan YME. , berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap , kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab
·
Tujuan pendidikan kelembagaan/institusi
Tujuan dari suatu
institusi/lembaga pendidikan.
Penjabaran dari tujuan
pendidikan nasional
Mulai dari tingkat pendidikan
dasar, menengah, tinggi
Belum bersifat operasional
·
Tujuan kurikuler/ mata pelajaran/mata kuliah
Tujuan yang ingin dicapai oleh
setiap bidang studi, mata kuliah , mata pelajaran
Rincian dari tujuan institusional
Berpedoman pada kurikulum
Belum bersifat operasional
·
Tujuan pembelajaran umum / TIU
Tujuan yg ingin
dicapai setelah mempelajari satu pokok bahasan.
Bersumber dari tujuan kurikuler
Terdiri dari kata kerja
dan objek
Harus dijabarkan lagi menjadi tujuan
instruksional khusus
·
Tujuan Pembelajaran khusus
Istilah lain: sasaran
belajar (sasbel) , specific instructional objective, enabling objective, tujuan
khusus instruksional, tujuan pembelajaran khusus,
Bersifat operasional, khusus,
bertitik tolak pada perubahan perilaku, dapat diamati/diukur
1.
A. Pengertian TIK
Perumusan TIK merupakan titik
permulaaan yang sesungguhnya dai prose pengembangan instruksional. Sedangkan
proses sebelumnya , merupakan tahap pendahuluan untuk menghasilkan TIK.
1.
B. Bagaimana Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus
Unsur-unsur dalam mengambangkan tes
yang benar-benar dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya antara lain
:
A
= Audience
B
= Behavior
C
= Condition
D
= Degree
A = Audience adalah mahasiswa yang
belajar
B = Behavior adalah perilaku yang
spesifik yang akan dimunculkan oleh mahasiswa setelah proses belajarnya dalam
pelajaran tersebut.
C = Condition adalah kondisi, yang
berarti batasan yang dikenakan kepada siswa atau alat yang digunakan siswa pad
asaat ia tes, bukan pada saat ia belajar.
D = Degree adalah tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapai perilaku tersebut
1.
C. Hubungan TIK dengan Isi pelajaran
Dengan merumuskan TIK anda telah
dapat mengidentifikasi isi pelajaran yang akan diajarkan.
MENYUSUN TES ACUAN PATOKAN
1.
A. Hakikat Tes Acuan
Mengukur tingkat pencapaian siswa
terhadap perilaku yang terdapat dalam TIK. Bukan mengukur tingkat pencapaian
penguasaan materi pembelajaran. Disusun setelah merumuskan TIK , bukan setelah
penyajian materi. Bisa berdasarkan acuan patokan dan bisa juga berdasrkan acuan
norma.
1.
B. Penilaian Berdasarkan Acuan Patokan
Penilaian berdasarkan acuan patokan
adalah penilaian dilakukan berdasarkan seperangkat kompetensi atau kemampuan
atau persiapan yang telah ditetapkan terlebih dahulu kriteria.
Skor yang dicapai siswa mencerminkan
tingkat penguasaannya terhadap perilaku yang diukur. Skor yang dicapai siswa
dibandingkan dengan skor maksimum yang mungkin dicapai unuk perilaku yang
terdapat dalam TIK, sebagai kriteria/patokan. Dilakukan setelah belajar atau
hasil akhir.
1.
C. Penilaian Berdasarkan Acuan Norma
Penilaian berdasarkan acuan norma
adalah dilakukan berdasarkan atas penampilan mahasiswa. Tes ini disusun
untuk menentukan kedudukan seorang siswa di antara kelompoknya, bukan untuk
menentukan tingkat penguasaan setiap peserta tes terhadap perilaku yang ada
dalam TIK. Tes harus bisa membedakan antara siswa yang pintar, sedang dan
bodoh. Harus mempunyai tingkat kesulitan (antara 20 % – 80 %).
Tingkat kesulitan yang sedang antara
20 -80 %. Bisa dijawab 90 % siswa , tesnya mudah. Bisa dijawab 10 % siswa,
tesnya sulit. Sehingga diperlukan kurva normal, untuk menafsirkan hasil tes
(ada 3 kelompok : tinggi, sedang, kurang).
Skor dibuat persentil. Misalnya A
memperoleh skor 75, ada 20 siswa lain dari 50 siswa yang skornya dibawah A (40
%). Berarti ada 60 % siswa di atas A. Jadi kedudukan A berada pada kelompok
sedang atau rendah. Dengan skor yang sama (75), dikelompok lain, mungkin A
termasuk kelompok pintar jika seandainya ada 40 orang siswa yang skornya
sdibawah A ( 80 % siswa yang skornya dibawah 75).
1.
D. Persamaan dan Perbedaan PAP dan PAN
Berikut ini Gronlund (1990)
mengemukakan persamaan dan perbedaan dari kedua jenis tes :
Persamaannya
1.
Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik
perilaku yang akan diukur;
2.
Keduanya disusun dari sampel butir-butir tes yang
relevan dan representatif;
3.
Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes
subjektif, tes karangan, tes penampilan atau keterampilan;
4.
Keduanya menggunakan ketentuan yang sama dalam menulis
butir tes, kecuali untuk kesulitan tes. Ini berarti bahwa keduanya sama-sama
membutuhkan kalibrasi daya pembeda dan analisis option ;
5.
Keduanya dinilai kualitasnya darisegi validitas dan
reliabilitasnya;
6.
Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk
maksud yang berbeda.
Perbedaannya
1.
Tes Acuan Norma biasanya mengukur sejumlah besar
perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku.
Tes Acuan Patokan biasanya mengukur
perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap
perilaku.
1.
Tes Acuan Norma menekankan perbedaan di antara peserta
tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Tes Acuan Patokan
menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat
dilakukan oleh setiap peserta tes.
2.
Tes Acuan Norma lebih mementingkan butir-butir
tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang
terlalu mudah dan yang terlalu sulit. Tes Acuan Patokan mementingkan
butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa peduli
dengan tingkat kesulitannya.
3.
Tes Acuan Norma digunakan terutama (tetapi tidak
khusus) untuk tes survai. Tes Acuan Patokan digunakan terutama (tetapi tidak
khusus) untuk tes penguasaan.
4.
Penafsiran hasil Tes Acuan Norma membutuhkan
pendefinisian kelompok secara jelas . Penafsiran hasil Tes Acuan Patokan
membutuhkan pendefinisian perilaku yang diukur secara jelas dan terbatas.
1.
E. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Tiga prinsip utama evaluasi :
1.
Prinsip Keseluruhan
Evaluasi akan berhasil dengan baik
jika pelaksanaanya secara bulat, utuh atau menyeluruh, tidak boleh dilakukan
secara terpisah, atau sepotong-potong. Ini berarti bahwa evaluasi harus dapat
mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan
tingkah laku siswa seperti aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor.
1.
Prinsip kesinambungan
Evaluasi dilaksanakan secara teratur
dan kontiyu atau terusmenerus dari waktu ke waktu. Dengan demikian evaluator
dapat mengetahui perkembangan dan kemajuan peserta didik dari awal sampai akhir
mengikuti suatu program/jenjang di suatu lembaga pendidikan
1.
Prinsip obyektivitas
Evaluasi harus terlepas dari
factor-faktor subyektif. Untuk itu seorang evaluator harus bersikap netral apa
adanya sesuai dengan obyeknya. Dan tidak boleh mementingkan diri pribadinya.
1.
F. PROSEDUR PENYUSUNAN TES ACUAN
Langkah-langkah untuk menyusun tes
antara lain :
1.
Menentukan maksud tes
Tes yang akan disusun oleh
pengembang instruksional akan digunakan untuk dua maksud utama sebagai berikut
:
·
Memberikan umpan balik bagi mahasiswa tentang hasil
belajar mahasiswa dalam setiap tahap proses belajarnya.
·
Menilai efektivitas sistem instruksional secara
keseluruhan.
1.
Membuat tabel spesifikasi untuk setiap tes
Tabel 1
Kerangka tabel spesifikasi
Daftar
Perilaku
|
Bobot
Perilaku
|
Jenis tes
|
Jumlah Butir Tes
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
|
|
Tabel 2
Contoh Tabel Spesifikais
Daftar
Perilaku
|
Bobot
Perilaku
|
Jenis tes
|
Jumlah Butir Tes
|
1
|
2
|
3
|
4
|
A
B
A
D
|
20
15
15
50
|
Pilihan Ganda
Benar salah
Menjodohkan
Essay
|
20
15
15
5
|
1.
Menyusun butir soal/item
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menulis setiap butir tes adalah :
·
Macam dan jumlah butir tes sesuai dengan tabel spesifikasi.
·
Menggunakan komponen kondisi dalam tik sebagai dasar
dalam menyusun pertanyaan.
·
Harus yakin bahwa setiap item mengukur keberhasilan
tujuan TIK.
·
Kesesuaian butir soal dan TIK.
1.
Merakit Tes
Butir tes yang telah selesai ditulis
dikelompokkan atas dasar jenis kemudian diberi nomor urut 1 sampai seterusnya.
1.
Menulis petunjuk dalam mengerjakan tes
Setiap jenis tes itu diberi petunjuk
tentang menuliskan jawabannya, waktu yang diperlukan untuk menjawab atau
menyelesaikan seluruh tes tersebut. Petunjuk ini harus sederhana, singkat,
tetapi jelas.
1.
Menulis kunci jawaban
Kunci jawaban menunjukkan dua hal,
yaitu :
·
Jawaban yang benar. Untuk tes objektif jawaban yang
benar adlah satu di antara pilihan jawaban yang tersedia. Untuk tes karangan
dan tes penampilan dapat berupa model-model jawaban yang baik, sedang dan
kurang dan garis-garis besar jawaban yang diharapkan dan skor maksimum untuk
setiap garis besar jawaban tersebut.
·
Disamping berupa jawaban yang benar, kunci jawaban
harus pula mengandung cara pemberian skor untuk setiap butir tes.
1.
Uji coba tes.
Tes perlu di uji coba untuk melihat
beberpa hal penting berikut ini :
·
Kualitas setiap butir tes.
·
Kejelasan dan kesederhanaan petunjuk cara menjawab.
·
Kemudahan siswa memahami maksud setiap pertanyaan.
·
Kelengkapan alat-alat yang harus dibawa siswa,
misalnya kalkulator, tabel, kertas jawaban, pensil atau alat tulis tertentu.
·
Kesesuaian waktu yang dibutuhkan siswa dengan yang
diterapkan dalam tes tersebut.
·
Kejelasan dan kebersihan pengetikan.
1.
Analisis hasil uji coba
Hasil ujicoba tes dapat diolah dalam
dua bagianpenting , Yaitu :
·
Kualitas setiap butir tes.
·
Kualitas teknik penulisan dan kualitas fisik.
1.
Revisi tes
Tes yang telah diujicobakan direvisi
seperlunya menurut hasil uji coba.
1.
G. Kegunaan PAP
Penyusunan tes untuk digunakan dalam
tiga hal sebagai berikut :
·
Mengukur tingkat pencapaian siswa setelah
menyelesaikan seluruh proses instruksional untuk suatu mata pelajaran (post
test).
·
Mengukur tingkat penguasaan siswa sebelum proses
pembelajaran sebagai entry behavior (free test).
·
Mengetahuai tingkat kemajuan siswa (progress) selama
proses pembelajaran.
PENGEMBANGAN STRATEGI
INSTRUKSIONAL
1.
A. Strategi Instruksional
Berkaitan dengan pendekatan dalam
mengelola kegiatan instruksional utk. Menyampaikan isi pelajaran secara sistematis
sehingga tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Mengenai Urutan
kegiatan instruksional, Metode yang digunakan, Media instruksional,
Waktu yang diperlukan.
DICK & CAREY
(1985) mengatakan bahwa suatu strategi instruksional menjelaskan komponen-komponen
umum dari suatu strategi bahan instruksional dan prosedur-prosedur yang akan
digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar
tertentu pada mahasiswa.
Ada lima komponen
dalam strategi instruksional:
1.
Kegiatan pra-instruksional;
2.
Penyajian informasi;
3.
Partisipasi siswa;
4.
Tes;
5.
Tindak lanjut;
GAGNE & BRIGGS
(1979) menyebutnya sebagai sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu
:
1.
Pemberian motivasi atau menarik perhatian;
2.
Penjelasan TIK;
3.
Mengingatkan kompetensi prasyarat;
4.
Pemberian stimulus (masalah, topik, konsep);
5.
Memberikan petunjuk belajar;
6.
Menimbulkan penampilan siswa;
7.
Umpan balik;
8.
Penilaian penampilan
9.
Menyimpulkan
1.
Pendahuluan
Pendahuluan adalah kegiatan awal
dari kegiatan instruksional yang
Sesungguhnya.
1.
Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
2.
Penjelasan tentang relevansi isi pelajaran baru dgn
pengalaman siswa
3.
Penjelasan tentang TIK
( D – R – T )
1.
Penyajian
Penyajian adalah inti kegiatan
pengajaran
Subkomponen dalam penyajian tersebut
:
1.
Uraian
2.
Contoh
3.
Latihan
( U - C -
L) or (C - U – L)
1.
Penutup
Subterakhir dalam urutan kegiatan
instruksional terdiri dari : Evaluasi dan Umpan balik serta Tindak
lanjut (R – T – U – T)
Tabel
Komponen Utama dan Subkomponen dalam
Strategi Instruksional
URUTAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
|
PENDAHULUAN
|
Deskripsi Singkat
|
|
|
|
Relevansi
|
|
|
|
TIK
|
|
|
|
PENYAJIAN
|
Uraian
|
|
|
|
Contoh
|
|
|
|
Latihan
|
|
|
|
PENUTUP
|
Tes formatif
|
|
|
|
Umpan balik
|
|
|
|
Tindak Lanjut
|
|
|
|
1.
B. Komponen Utama Pertama : Urutan Kegiatan
Instruksional
1.
1. Pendahuluan
Pendahuluan adalah kegiatan awal
dari kegiatan instruksional yang
sesungguhnya
1.
Penjelasan singkat tentang isi pelajaran adalah
gambaran secara global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari.
2.
Penjelasan tentang relevansi isi pelajaran baru
adalah penjelasanan mengenai relevansi atau kegiatan isi pelajaran yang
akan dipelajarinya dengan pengetahuan, keterampilan atau sikap yang telah
dikuasainya atau relevansinya dengan pengalaman dan pekerjaannya sehari-hari.
3.
Penjelasan tentang Tujuan Instruksional Khusus
adalah kemampuan yang akan dicapai pada akhir proses pembelajaran.
Tabel
Komponen Pendahuluan Dan
Langkah-Langkah Di Dalamnya
URUTAN KEGIATAN PENDAHULUAN
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
|
Deskripsi Singkat :
|
|
|
|
Relevansi :
|
|
|
|
TIK:
|
|
|
|
1.
2. Penyajian
Penyajian adalah inti kegiatan
pengajaran. Di dalamnya terkandung tiga pengertian pokok sebagai berikut :
Uraian, Contoh, dan Latihan
Tabel
Komponen Pendahuluan Dan
Langkah-Langkah Di Dalamnya
URUTAN KEGIATAN PENYAJIAN
|
METODE
|
MEDIA
|
WAKTU
|
Uraian :
|
|
|
|
Contoh :
|
|
|
|
Latihan :
|
|
|
|
Berikut ini penjelasan subkomponen
dalam penyajian tersebut :
1.
Uraian adalah penjelasan tentang materi pelajaran atau
konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa.
2.
Contoh adalah benda atau kegiatan yang terdapat dalam
kehidupan mahasiswa sebagai wujud dari materi pelajaran yang diuraikan.
3.
Latihan adalah kegiatan siswa dalam rangka menerapkan
konsep, prinsip, dan prosedur yang sedang dipelajarinya ke dalam praktik yang
relevan dengan pekerjaan atau kehidupannya sehari-hari.
1.
3. Penutup
Subterakhir dalam urutan kegiatan
instruksional yang terdiri dari : Evaluasi dan Umpan balik
(Tes Formatif) serta Tindak lanjut.
1.
Tes formatif adalah satu set pertanyaan untuk dijawab
atau seperangkat tugas dilakukan untuk mnegukur kemajuan belajar siswa setelah
menyelesaikan suatu tahap pelajaran.
2.
Tindak Lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa
setelah melakukan tes formatif dan mendapatkan umpan balik.
1.
C. Komponen Utama kedua : Metode Instruksional
Metode instruksional berfungsi
sebagai cara dalam emnyajikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
tertentu.
Berbagai metode yang digunakan dalam
kegiatan instruksional :
1.
1. Metode Ceramah
Metode ceramah berbentuk penjelasan
pengajar kepada siswa dan biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi
pelajaran yang belum jelas.
Beberapa kelemahan metode ceramah
adalah :
1.
Membuat siswa pasif
2.
Mengandung unsur paksaan kepada siswa
3.
Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
4.
Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan
menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
5.
Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak
didik.
6.
Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata).
7.
Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah
adalah :
1.
Guru mudah menguasai kelas.
2.
Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3.
Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4.
Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
1.
2. Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi digunakan
untuk mendemontrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu
seperti kegiatan sesungguhnya. Menurut Muhibbin (2000). metode demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan
urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000), metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan pelajaran.
Manfaat psikologis dari metode
demonstrasi adalah:
·
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
·
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang
sedang dipelajari
·
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa.
Kelebihan metode demonstrasi sebagai
berikut:
·
Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya
suatu proses atau kerja suatu benda.
·
Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
·
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki
melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
Kekurangan metode demonstrasi adalah
anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan,
kurangnya pemahaman siswa tentang kegunaan benda yang dipertunjukkan.
1.
3. Metode Penampilan/praktik
Metode Penampilan/praktik berbentuk
pelaksanaan praktik oleh siswa di bawah supervisi dari dekat oleh pengajar.
Untuk menggunakan metode ini
pengajar harus :
·
Memberikan penjelasan yang cukup kepada siswa selama
siswa berpraktik.
·
Melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik
dimulai untuk keselamatan siswa dan alat-alat yang digunakan.
Metode penampilan tepat digunakan
bila :
·
Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan.
·
Kegiatan instruksional bersifat formal, latihan kerja,
atau magang.
·
Siswa mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang
dipelajarinya ke dalam situasi sesungguhnya.
·
Kondisi praktik sama dengan kondisi kerja
·
Dapat disediakan bimbingan kepada siswa secara dekat
selama praktik.
Keterbatasan penggunaaan metode
penampilan adalah :
·
Membutuhkan waktu panjang, karena siswa harus
mendapatkan kesempatan berpraktik sampai baik.
·
Membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin
mahal, sulit diperoleh, dan dipelihara secara terus menerus.
·
Membutuhkan pengajar yang lebih banyak, karene setiap
pengajar hanya dapat membantu sejumlah kecil siswa.
1.
4. Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah interaksi
antara siswa dari siswa atau siswa dengan pengajar untuk menganalisis, atau
memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu.
Metode diskusi diaplikasikan dalam
proses belajar mengajar untuk :
·
Mendorong siswa berpikir kritis.
·
Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara
bebas.
·
Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memecahkan masalah bersama.
·
Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai
berikut :
·
Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan
·
Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
·
Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat
orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) .
Kelemahan metode diskusi sebagai
berikut :
·
Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
·
Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
·
Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
·
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
1.
5. Metode Studi Mandiri
Metode Studi Mandiri berbentuk
pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh mahasiswa tanpa bimbingan atau
pengajaran khusus.
Metode ini dilakukan dengan cara :
·
Memberikan daftar bacaan kepada siswa yang sesuai
dengan kebutuhannya.
·
Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa
pada akhir kegiatan studi mandiri.
·
Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa.
Penerapan metode ini adalah :
·
Pada tahap akhir proses belajar.
·
Dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
·
Menunjang metode pembelajaran yang lain.
·
Meningkatkan kemampuan kerja siswa.
·
Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat atau
jabatan.
·
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperdalam
minatnya tanpa dicampuri siswa lain.
1.
6. Metode Kegiatan instruksional Terprogram
Metode Kegiatan instruksional
Terprogram menggunakan bahan instruksional yang disiapkan secara khusus.
Untuk menggunakan metode ini perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·
Siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan,
alat-alat dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran
tersebut.
·
Siswa harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan
tes. Respon yang harus dibuat siswa selama proses belajarnya dimaksudkan untuk
membantu belajar, bukan untuk dijadikan dasar penilaian dalam mata pelajaran
tersebut.
·
Tersedia sumber yang dapat membantu siswa bila
mengalami kesulitan.
·
Secara periodik, siswa harus dicek kemampuannya untuk
membuatnya benar-benar belajar.
Metode ini diterapkan untuk :
·
Kurang mendapatkan interaksi sosial.
·
Semua tahap belajar, dari permulaan sampai dengan
proses akhir belajar siswa.
·
Pelajaran formal, belajar jarak jauh, dan magang.
·
Mengatasi kesulitan perbedaan individual.
·
Mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan.
Metode ini memiliki
keterbatasan sebagai berikut :
·
Bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan baik
membuat siswa melalui urutan kegiatan belajar yang sama. Hal ini membuat
metode kurang fleksibel.
·
Biaya pengembangan tinggi.
·
Siswa kurang mendapat interaksi sosial.
1.
7. Metode Latihan dengan Teman
Memanfaatkan seorang yang telah
lulus dalam latihan tertentu untuk bertindak sebagai pelatih bagis eorang
mahasiswa lain.
Untuk menggunakan metode ini perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·
Mula-mula seorang siswa memperhatikan siswa yang lain
yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas di bawah
supervisi pelatih.
·
Setelah mengenal tugas tersebut, siswa dilatih dalam
keterampilan melakukannya.
·
Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih untuk siswa berikutnya.
Metode ini dapat dilaksanakan bila :
·
Semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu.
·
Latihan kerja, latihan formal dan magang.
Metode ini memiliki kelemahan
sebagai berikut :
·
Terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam satu
periode tertentu.
·
Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara
langsung untuk memelihara kualitas.
1.
8. Metode Simulasi
Metode ini menampilkan simbol-simbol
atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya.
Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat
menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu. Penggunaan metode
tersebut memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sehingga dapat
mengurangi rasa takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi
gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah siswa melakukan
hal-hal yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan,
seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya.
Kebaikan metode simulasi antara lain
adalah, (1) metode ini dapat mempelajari situasi yang nyata, (2) bisa membuat
siswa belajar dari umpan balik yang datang dari dirinya sendiri, (3) bisa
melatih siswa dalam mensimulasikan sesuatu sehingga siswa menjadi lebih berani,
dan (4) siswa dapat lebih menggunakan sekumpulan fakta dan konsep.
Kelemahan metode simulasi antara
lain, (1) bagi siswa yang penakut penerapan metode ini menjadi hal yang tidak
menyenangkan sehingga enggan untuk bersimulasi, (2) sebaliknya bagi siswa yang
pandai, dan yang senang berbicara cenderung menguasai proses simulasi, (3) bagi
siswa yang susah mengeluarkan pendapat hal ini merupakan, metode yang paling
menyusahkan.
1.
9. Metode Sumbang pendapat atau sumbang saran
(Brainstorming)
Proses penampungan pendapat dari
siswa tanpa evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut. Metode ini tepat
digunakan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapatnya.
Tetapi, metode ini dapat menimbulkan frustasi di kalangan siswa, karena mereka
tidak menemukan konsensus pada akhir proses tersebut. Akan tetapi guru
dapat mengambarkan bahwa yang diminta adalah buah fikiran dengan alasan-alasan
rasional.
10. Metode Studi kasus
Berbentuk penjelasan tentang
masalah,kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugaskan mencari
alternatif pemecahannya.
Kesulitan penggunaan metode ini
adalah :
·
mendapat kasus yang tealh ditulis dengan baik sebagai
hasil penelitian lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa.
·
Mengembangkan kasus sangat mahal.
11. Metode Computer Assisted
Learning (CAL)
Metode ini berbentuk suatu seri
kegiatan belajar yang sangat berstruktur dengan menggunakan computer. Metode
ini dapat digunakan pada setiap tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai
dengan yang paling kompleks.
Kesulitan penggunaan metode ini
:
·
Pengembangan program CAL membutuhkan biaya tinggi dan
waktu lama.
·
Pengadaan dan pemeliharaan alat yang mahal.
12. Metode Insiden
Merupakan variasi dari metode studi
kasus. Siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang kejadian
atau peristiwa. Kelebihan metode ini dari metode studi kasus adalah siswa
belajar menyusun dan menyelami masalah lebih dahulu sebelum belajar berpikir
kritis untuk mencari pemecahannya.
13. Metode Praktikum
Berbentuk pemberian tugas kepada
siswa untuk menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan
instrumen tertentu
14. Metode proyek
Berbentuk pemberian tugas
kepada semua siswa untuk dikerjakan secara individual. Metode ini
bertujuan membentuk analisis masing-masing siswa.
15. Metode bermain peran
Berbentuk interaksi antara dua atau
lebih siswa tentang suatu topik atau situasi. Metode sosiodrama (role playing)
adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah
laku dalam hubungan social dengan suatu problem, agar peserta didik dapat
memecahkan masalah sosial. Metode sosiodrama adalah metode yang bertujuan untuk
mempertunjukkan suatu perbuatan dari suatu pesan yang ingin disampaikan dari
peristiwa yang pernah dilihat. Metode ini juga menjadikan siswa menjadi senang,
sedih, tertawa jika pemerannya bisa menjiwai dengan baik. Seringkah Anda
melakukan?
16. Metode Seminar
Berbentuk kegiatan belajar bagi
sekelompok siswa untuk membahas topik atau masalah tertentu.
17. Metode simposium
Mengetengahkan suatu seri ceramah
mengenai berbagai kelompok topik dalam bidang tertentu.
18. Metode Tutorial
Berbentuk pemberian bahan belajar
yang telah dikembangkan untuk dipelajari siswa secara mandiri dan kesempatan
berkonsultasi secara perodik tentang kemajuan dan masalah yang dialaminya.
19. Metode Deduktif
Dimulai dengan pemberian penjelasan
tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian disusul dengan penerapannya
atau contoh-contohnya pada situasi tertentu.
Metode ini tepat digunakan bila :
·
Siswa telah mengenal atau telah mempunyai
pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut.
·
Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara
pribadi, sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan.
·
Pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan yang
baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan, terampil mengulang pernyataan
dan sabar.
·
Waktu yang tersedia cukup panjang.
20. Metode Induktif
Dimulai dengan pemberian berbagai
kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip,
kemudian, siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintetis, menemukan, atau
menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Metode ini tepat digunakan bila :
·
Belum mengenal pengetahuan yang sedang
dipelajari
·
Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidnag
yang kurang membutuhkan proses berpikir kritis.
·
Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai
persiapan yang baik dan pembicara yang baik
·
Waktu yang tersedia singkat.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
KAITAN ANTARA KURIKULUM DAN BAHAN
AJAR
·
Kurikulum
·
Silabus/GBPP
·
SAP
·
Bahan Ajar
PERAN DOSEN DALAM PBM
-
Membangkitkan minat belaja mahasiswa
-
Menjelaskan materi dengan struktur yang baik
-
Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berlatih/umpan balik
-
Memperhatikan dan menjelaskan hal-hal yang sulit dan tidak dimengerti
-
Menciptakan komunikasi dua arah
HAKIKAT BAHAN AJAR
Bahan ajar merupakan bahan atau
materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan
siswa dalam proses pembelajaran, sebagai acuan bagi dosen dalam mengajar,
bersifat self- instructional, dan mempunyai kemampuan menjelaskan sendiri.
FUNGSI BAHAN AJAR
– Acuan bagi mahasiswa
dalam belajar
– Menjelaskan tujuan
instruksional khusus dan umum
– Memberi kesempatan
pada siswa untuk berlatih
– Mengakomodasi
kesulitan siswa
– Memberikan rangkuman
PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan bahan ajar : Dosen dan
mahasiswa lebih siap , materi kuliah lebih terkontrol sesuai dengan tujuan, PBM
lebih terarah dan informasi dapat diulang sesuai kebutuhan.
BENTUK-BENTUK BAHAN AJAR
1.
Hand Out
Hand out adalah Bahan ajar
yang dikemas dalam bentuk ringkasan dari materi yang akan diajarkan dalam
setiap perkuliahan, selama satu semester.
1.
Diktat
Diktat adalah Bahan ajar yang
dikemas dalam bentuk tulisan yang lengkap (bab per bab), biasanya diberikan
kepada mahasiswa untuk kalangan sendiri (bukan untuk mahasiswa secara umum).
1.
Modul
Modul adalah Bahan ajar yang dikemas
sedemikian rupa sehingga memungkinkan mahasiswa belajar secara mandiri tanpa
bantuan dosen (modul UT). Modul ini ada lembar kerja untuk mahasiswa ,
mempeunyai mekanisme umpan balik atau mungkin saja belum diterbitkan.
1.
Buku Ajar
Buku Ajar adalah Bahan ajar yang
paling lengkap, dikemas sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk mahasiswa
bukan saja di kalangan sendiri tetapi untuk seluruh mahasiswa, (diterbitkan,
dan mempunyai ISBN).
Perbedaan Antara bahan Ajar dan Buku
Teks
BAHAN AJAR
|
BUKU TEKS
|
Menimbulkan minat
|
Sudah Ada minat
|
Dirancang khusus untuk mahasiswa
|
Terutama untuk dosen
|
Menjelaskan TIU dan TIK
|
Belum tentu ada TIU dan TIK
|
Berdasarkan kebutuhan mahasiswa
|
Disusun secara linier
|
Berfokus pada mahasiswa
|
Strukturnya berdasarkan logika
bidang ilmu
|
Memberikan latihan
|
Belum tentu memberikan latihan
|
Mengakomodasi kesulitan mahasiswa
|
Tidak mengantisipasi kesulitan
mahasiswa
|
Memberikan rangkuman
|
Belum tentu Memberikan rangkuman
|
Gaya penulisan komunikatif dan
semi formal
|
Gaya Penulisan naratif, tidak
komunikatif
|
Kepadatan berdasarkan kebutuhan
mahasiswa
|
Sangat padat
|
Dikemas untuk digunakan dalam PBM
|
Dikemas untuk dijual secara umum
|
Ada mekanisme umpan balik
|
Tidak punya mekanisme umpan balik
|
BAHAN AJAR VS SKS MATA KULIAH
- Satu SKS = 3 Bab
, 2 SKS – 6 Bab
- 1 BAB = 40 – 60
Hal (Non Eksakta), 25- 40 Hal (Eksakta)
- (1,5 spasi,
kuarto)
- Mata kuliah 2
SKS = 6 BAB
240 – 360 Halaman ( non Eksakta)
150 – 240 Halaman (Eksakta)
BEBAN BELAJAR MAHASISWA VS SKS
- Mata kuliah dua
SKS :
- 1. Kuliah tatap
muka = 16 x 100 menit = 1600 menit = 27 jam/ semester
- Tugas
terstruktur = 16 x 120 menit = 1920 menit = 32 jam/ menit
- Tugas mandiri =
16 x 100 menit = 1920 menit = 32 Jam/ semester
- Jumlah jam dalam
satu semester = 91 Jam
KEMAMPUAN BELAJAR MAHASISWA
- Kemampuan
belajar mahsiswa (penguasaan minimal 80 %) = 4 – 6 hal/ jam (non Eksak), 2,5 –
4 Hal/jam (Eksak)
- Untuk matakuliah
2 SKS dengan bahan ajar 240 – 360 Halaman (non Eksak) dan Bahan Ajar 150 – 240
halaman (Eksak), waktu yang diperlukan mahasiswa sekitar 60 – 90 jam/
persemester.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
- Menyusun Silabus
dan SAP.
- Menulis bahan
ajar dengan mengikuti strategi instruksional.
- Merevieu, uji
lapangan, revisi
- Menggunakan
bahan ajar
- Revisi ulang,
penyempurnaan
- Disesuaikan
dengan issu yang berkembang
PENYUSUNAN BAHAN AJAR
1.
Merumuskan TIU?TIK
2.
Analisis Instruksional
3.
Menentukan PAM
4.
Menentukan TIK/TPK
5.
Menyusun Rencana KBM
6.
Menyusun Kontrak Kuliah
7.
Menulis bahan ajar
8.
Review/ Uji Lapangan
9.
Digunakan
SIAPA MENULIS BAHAN AJAR
1.
Dosen sendiri
2.
Bekerjasama dengan dosen lain (kelompok/tim)
3.
Minta bantuan dari perancang instruksional
CARA PENYUSUNAN BAHAN AJAR
- Menulis
Sendiri
- Pengemasan
kembali informasi
- Penataan
informasi (kompilasi)
PROSEDUR MENULIS BAHAN AJAR
Asumsi :
Dosen adalah pakar ilmu
Dosen punya kemampuan menulis
Dosen mengerti kebutuhan mahasiswa
dalam bidang ilmu tersebut
BAHAN AJAR DITULIS BERDASARKAN
- Analisis
Instruksional
- Silabus dan SAP
- Kontrak
Perkuliahan
PROSEDUR PENGEMASAN KEMBALI
INFORMASI
- Informasi yang
sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (TIU?TIK, GBPP/Silabus, SAP, kontrak
perkuliahan)
- Informasi
tersebut disusun kembali/ ditulis ulang dengan gaya bahasa dan strategi yang
sesuai untuk bahan ajar lalu ditambahkan.
- Kompetensi yang
ingin dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes formatif, umpan balik.
PROSEDUR KOMPILASI
- Kumpulkan
seluruh buku, artikel dan sumber lain yang dib\gunakan dalam mata kuliah yang
ada dalam DP Di GBPP.
- Tentukan
bagian-bagian buku, artikel/jurnal dan bagian acuan lain yang digunakan perpook
bahasan sesuai dengan GBPP.
- Fotokopi seluruh
bagian dari sumber yag digunakan.
- Pilih hasil
fotokopi berdasarkan urutan Pokok Bahasan sesuai GBPP.
- Buat halaman
penyekat setiap pokok bahasan.
- Bahan yang sudah
dilengkapi dengan halaman penyekat, dijilid rapi.
- Buat pedoman pengajar
dan pedoman mahasiswa untuk mendampingi bahan kompilasi tersebut.
STRUKTUR BAHAN AJAR
- Tinjauan
matakuliah
- BAB I
Kompetensi Umum
Deskripsi singkat
Pokok- pokok isi
Rangkuman
Soal Latihan
- BAB II
- Daftar Pustaka
TINJAUAN MATA KULIAH berisi
- Deskripsi
singkat isi mata kuliah secara keseluruhan yang diambil dari GBPP.
- Kegunaan mata
kuliah bagi mahasiswa jika ada prasyarat, dijelaskan.
- Susunan
Judul-judul Bab dalam matakuliah tersebut, dalam bentuk narasi.
MENULIS BAB PERTAMA
Kompetensi Umum
Setelah membaca/ mempelajari Bab ini
diharapkan mahasiswa..
Kompetensi Khusus
Jabaran rinci dari kompetensi umum
(sama dengan TIK), Behavioral, operasional, terukur, spesifik.
Deskripsi Singkat
- Ditulis dalam 1
atau 2 paragraf pernyataan tentang isi bab, atau bentuk pertanyaan tentang
ruang lingkup, gunanya untuk menstimulir rasa ingin tahu mahasiswa.
- Memberikan
gambaran umum kepada mahsiswa tentang isi bab
Pokok-Pokok isi
- Uraian rinci
tentang materi dalam setiap sub-pokok bahasan, konsep, prinsip contoh dan
ilustrasi, keterangannya.
- Setiap subpokok
bahasan ada uraiannya
Rangkuman
- Kesimpulan dari
semua materi yang dijelaskan pada pokok-pokok isi.
- Sebagai patokan
bagi mahsiswa dalam mempelajari Bab I tersebut.
- Lebih Lengkap
dari deskripsi singkat.
Soal Latihan
- Alat Evaluasi
- Dasar/alasan
bagi mahasiswa untuk belajar.
- Sebagai umpan
balik
- Sebaiknya
disertai kunci jawabannya
BAB II DAN SELANJUTNYA
- Sama Seperti BAB
I
- Daftar Pustaka
KIAT-KIAT DALAM PENULISAN BAHAN
AJAR
- Bayangkan anda
sedang menjelaskan sesuatu pada siswa anda.
- Tulislah apa
yang anda jelaskan, demikian juga apa yang ditanyakan mahasiswa
- Gunakan kalimat
pendek pada tulisan anda
- Bacalah hanya
kalimat terakhir sebelum melanjutkan pada kalimat berikut.
- Mintalah teman
anda membaca apa yang anda tulis sebelum merevisinya dan tanyakanlah pada
bagian mana ia tidak mengerti
- Mintalah ahli
materi dan bahasa untuk penyempurnaan tulisan anda.
ASPEK-ASPEK TEKNIS PENULISAN BAHAN
AJAR
- Penggunaan
Halaman
- Sign Point dan
ide utama
- Penulisan Alinea
- Cara mengutip
- Cara menulis
Daftar Pustaka
PENGGUNAAN HALAMAN
- Pada dasarnya
terdapat dua cara dalam penggunaan halaman; pertama cara konvensional, yaitu
dengan menggunakan halaman secara penuh (jarak 3 cm dari sisi atas dan kiri,
dan 2,5 cm dari sisi bawah dan kanan). Cara kedua adalah dengan menggunakan 2/3
halaman untuk penulisan dan 1/3 halaman sisanya dibiarkan kosong untuk menulis’
sign posting” dan ide utama.
SIGN POSTING
- Salah satu cara
untuk memudahkan proses belajar mahasiswa adalah dengan mencantumkan
tanda-tanda tertentu (sign posting) di sebelah kiri atau di sebelah kanan
tulisan (ditempat yang kosong). Tanda tersebut memberikan makna atau pengertian
tertentu terhadap apa yang diuraikan dalam tulisan. Misalnya, tanda tanya (?)
dalam suatu lingkaran, mengandung arti untuk direnungkan atau dipikirkan, tanda
telunjuk ke atas mempunyai arti penting atau perhatikan, tanda jari tangan
sedang memegang pulpen atau sedang menulis mempunyai arti latihan dan
sebagainya.
IDE UTAMA
- Ide Utama(pokok)
adalah ide yang menjadi titik pusat uraian dalam suatu alinea. Misalnya jika
dalam suatu alinea akan dijelaskan tentang prestasi belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, maka ide utamanya adalah faktor-faktor yang mempengaruh
prestasi belajar, dan ini ditulis di bagian kosong dari halaman disamping sign
posting.
PENULISAN ALINEA
- Biasanya
terdapat dua cara penulisan alinea. Pertama dengan memasukkan awal alinea
sekitar lima ketukan ke dalam tubuh alinea (indensi); Kedua dengan memulai
alinea dari sebelah kiri dan terus demikian sampai akhir alinea (blok), dan
penggantian alinea diberi jarak dua spasi.
CARA MENGUTIP
- Ada dua bentuk
kutipan, yaitu kutipan langsung (verbatim) dan kutipan tidak langsung
(paraphreasing)
- Kutipan langsung
adalah kutipan yang diambil seperti apa adanya fdari tulisan sumber (tidak
boleh diubah titik komanya). Ada dua jenis kutipan langsung, yaitu kutipan
langsung pendek, jika yang dikutip kurang dari empat baris dan kutipan langsung
panjang, jika yang dikutip empat baris atau lebih
- Untuk kutipan
pendek, biasanya tulisan yang dikutip menyatu dengan badan tulisan dan
dipisahkan dengan tanda kutip, sementara untuk kutipan panjang, biasanya
tulisan yang dikutip ditulis tersendiri, agak ketengah dan diketik satu spasi,
tanpa tanda kutip. Setiap tulisan yang dikutip harus disertai dengan sumber
kutipan yaitu nama penulis dan tahun penerbitan
- Kutipan tidak
langsung dimaksud adalah jika kita mengutip tulisan yang tidak persis sama
dengan yang dikutip, tetapi menggunakan kata-kata penulis sendiri, namun tidak
menambah, mengurangi, atau menafsirkan ide tersebut. Jika kita mengutip dengan
cara tidak langsung ini, tidak memerlukan tanda kutip dan menyatu dengan badan
tulisan.
PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
- Ada beberapa
cara penulisan daftar pustaka, diantaranya, jika sumber bacaan itu dalam bentuk
buku, dalam jurnal, majalah, koran, makalah seminar, skripsi, surat keputusan,
dokumen lembaga dan sebagainya
- Contoh :
Buku : Margono, Slamet. 1998.
manajemen Mutu Terpadu. Jakarta : Bina Aksara.
- Jurnal :
Abdulkadir, Ahmad.. 2001. Perilaku
Sosial Masyarakat Kota dalam forum Keadilan, No 15 hal 21 – 31
- Koran :
Bakri, Aburizal. 2006 ” Inflasi
telah mencapai 17 persen ” Republika, Rabu, 2 Nopember.
FUNGSI ILUSTRASI
- Deskriptif
- Ekspresif
- Analisis
/Struktur
- Kuantitatif
JENIS ILUSTRASI
- Daftar/ tabel
- Diagram
- Grafik
- Kartun
- Gambar dan Foto
- Sketsa
- Simbol
- Skema
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN ILUSTRASI
- Menentukan
bagian bahan ajar yang membutuhkan ilustrasi
- Menentukan jenis
ilustrasi
- Menentukan letak
ilustrasi
- Menentukan
ukuran masing-masing ilustrasi
- Menentukan
ilustrasi yang akan dibuat oleh desainer grafis dan yang diambil dari sumber
lain
- Merancang
caption atau keterangan pada setiap ilustrasi.
Desain :
- Membuat
ilustrasi sesuai isi pesan
- Memilih dan
menyeleksi ilustrasi dari sumber lain
- Membubuh caption
pada setiap ilustrasi
- Memodifikasi
ilustrasi
- Menyusun tata
letak ilustrasi
Editing
- Menilai
ketepatan ilustrasi dengan isi pesan yang disampaikan
- Merevisi
kesalahan-kesalahan pada ilustrasi dan teks
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
- Tata bunyi
- Tata Bahasa
(pembentukan kata dan kalimat)
- Ejaan
- Penyusunan
alinea
- Tata Tulis
Ilmiah
FORMAT PENULISAN BAHAN AJAR
- Judul bahan ajar
- Kata pengantar
- Daftar isi
- Daftar tabel
- Daftar gambar
- Tinjauan mata
kuliah/mata pelajaran
- BAB I
Kompetensi umum
Deskripsi singkat
Pokok-pokok isi
Rangkuman
Soal-soal latihan
- Bab II
- DST
- Daftar Pustaka
- Lampiran
EVALUASI FORMATIF
1.
A. Pengertian Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif adalah sebagai
proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan
keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau program instruksional.
1.
B. Empat tahap Evaluasi Formatif
Empat tahap Evaluasi Formatif yaitu
1.
Review oleh ahli bidang studi di luar pengembang
instruksional artinya untuk mempermudah pendapat orang lain, sesama ahli dalam
bidang studi.
2.
Evaluasi satu-satu dilakukan antara pengembang
instruksional dengan dua atau tiga mahasiswa secara individual. Mahasiswa yang
mempunyai kemampuan sedang, di atas sedang dan di bawah sedang.
3.
Setelah di revisi berdasarkan masukan evaluasi
satu-satu, produk instruksional tersebut dievalusi lagi dengan menggunakan
sekelompok kecil mahasiswa yang terdiri atas 8 – 12 orang.
4.
Uji Lapangan
DAFTAR PUSTAKA
Suparman, M. Atwi. 2004. Desain
Instruksional. Jakarta : Universitas Terbuka
Yamin, H. Martinis. 2007. Profesionalisasi
guru dan Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Pres